Sweet 7teen

Hari ini, selain kita merayakan valentine day juga masyarakat Luwu dengan euforianya lagi merayakan ulang tahun ke-17 kota Belopa sebagai ibukota Kabupaten Luwu. Jarang memang milad sebuah kabupaten mengambil patokan hari jadi ibukotanya sebagai hari lahirnya. Umur 17 tahun yang masih sangat muda bagi sebuah kota yang masih dikategorikan sebagai kota kecil (penduduk dibawah 100.000) masih jauh untuk jadi kota metropolitan atau bahkan megapolitan. Mirip generasi Gen-Z (lahir 1997-2012) yang masih muda, kota ini lagi semangatnya untuk bertumbuh layaknya anak muda yang masih labil dan masih mencari jati dirinya yang sebenarnya. Namun melihat perkembangannya saat ini dengan usia muda tersebut telah terbangun sarana dan prasarana perkotaan yang ideal sebagai infrastruktur pendukung.

Bicara Belopa tak terpisahkan dari Kabupaten Luwu secara umum yang administrasi pemerintahannya dijalankan oleh pemerintah daerah (Pemda Luwu) yang terdiri dari eksekutif dan legislatif yang saat ini dipimpin bupati Dr. Drs. H. Basmin Mattayang, M.Pd dan tentu mendapat dukungan dari yudikatif dan institusi lainnya yang tergabung dalam Forkopimda. Kepuasan masyarakat Belopa khususnya dan Luwu secara umunya terhadap pemerintah daerah menjadi tolak ukur dalam keberhasilan pemerintahan tersebut. Saat ini indikator utama menilai keberhasilan pemerintah antara lain pertumbuhan ekonomi, PDRB per-kapita, tingkat kemiskinan, tingkat pengangguran, indeks pembangunan manusia (IPM) dan ketersediaan infrastruktur.

Mengukurnya tentu harus dengan pembanding, bisa dengan kenaikan tahun sebelumnya dan perbandingan dengan kabupaten lainnya. Data BPS tahun 2021, pertumbuhan ekonomi Luwu sebesar  7,11 (naik 6,26 tahun sebelumnya) dan lebih tinggi dari Kota Palopo (6,75). PDRB harga berlaku sebesar 17,83 triliun (artinya setiap orang berpenghasilan 48 juta/pertahun) dengan laju pertumbuhan PDRB 6,03% yang tahun sebelumnya hanya 1,30% akibat pandemi. Tingkat kemikinan dengan tren menurun selama 4 tahun dari 12,78% menjadi 12,59%. Pengangguran terbuka juga terjadi tren penurunan dari 4,94% menjadi 3,8% dan masih dibawah angka provinsi 4,51%. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mengukur kualitas hidup dan kesejahteraan sebesar 70,39% (naik 1,14%), Luwu berada diurutan 11 dari 24 kab/kota. Indikator ketersediaan infrastruktur dapat dilihat dalam tulisan saudara Afif Hamka merangkai serpihan kisah menegakkan satu tonggak sejarah/

Kembali ke kota Belopa yang dulu hanya sebagai wilayah adminsitrasi kecamatan memiliki peran vital sebagai pusat perekonomian daerah kedatuan Luwu mulai berkurang. Sisa-sisa kejayaan itu dapat dilihat dari luasanya kawasan pertanian, perkebunan dan perikanan di Belopa dan sekitarnya. Tak heran sekarang ini di Belopa luas kawasan pertanian masih lebih luas daripada kawasan permukimannya. Nama Belopa itu dikenal pada tahun 1960-an, sebelumnya desa Belopa ini dikenal dengan nama La Belopa, yang bahasa daerah setempat berarti "pelepah sagu" atau "gaba-gaba. Itu menandahkan dahulu kawasan tanaman sagu mendominasi wilayah Belopa sebagai bahan baku makanan khas Luwu yaitu Kapurung. Saya yang sejak lahir tahun 1980 masih merasakan Belopa dengan hutan sagunya sehingga mainan tradisional anak-anak Belopa jaman itu banyak terbuat dari bahan dari pelepah sagu itu (mobil-mobilan, kapal, perahu) mungkin anak-anak gen-Z (lahir 1997-2012) dan gen-Alpha (2013-sekarang) tak pernah lagi melihat mainan seperti itu lagi.

Setelah ditetapkan sebagai ibukota Kabupaten Luwu, Belopa secara administrasi telah dinamakan wilayah perkotaan  mencakup 2 kecamatan yaitu Kec. Belopa (terdiri atas 9 kel./desa) dan Kec. Belopa Utara (terdiri atas 8 kel./desa). Luas perkotaan Belopa ini sekitar 6.300 Ha. Pengembangan kota untuk 50 tahun kedepan juga telah dipikirkan dengan rencana perluasan perkotaan Belopa, ke arah utara (Kamanre), ke selatan (Suli) dan ke barat (Bajo) sehingga nantinya perkotaan Belopa meliputi 5 kecamatan juga telah direncanakan akan memindahkan batas kota ke Kamanre dan Kel. Suli.

Keberhasilan pemerintah itu janganlah membuat kita puas dan statis namun harus terus ditingkatkan ditengah era persaingan globalisasi dan kemajuan teknologi informasi saat ini. Potensi dan resiko masalah masih sangat besar salah satunya bencana alam, salah satu indikatornya yaitu indeks resiko bencana (IRB) dimana Kab. Luwu memiliki nilai 187,7 (Tinggi) karena seringnya mengalami bencana hidrometerologi (banjir bandang, longsor dan puting beliung). Maka menjadi PR kita kedepan untuk mitigasi dan mengurangi resiko korban dan kerugian materil bila terjadi bencana. Edukasi pelestarian kawasan hutan dan penyediaan jaringan drainase perkotaan yang baik akan menjadi salah satu solusinya.

Keberhasilan pemerintah daerah juga dinilai dari tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan, semakin tinggi dukungan, pelibatan dan keterlibatan masyarakat maka tingkat kepuasan masyarakat akan semakin naik dengan resistensi yang kurang. Keberlajutan pemerintahan juga harus terus didukung agar arah pembangunan daerah yang telah disusun dan RPJMD dapat berkelanjutan. Saat ini adalah jaman kerja yang kolaboratif bukan lagi jaman kerja sendiri-sendiri atau kerja berdasarkan kepentingan politik praktis belaka. Kolaboratif yang pentahelix (pemerintah, komunitas masyarakat, akademis, swasta dan media) menjadi kebutuhan adaptif yang harus diaplikasikan di kabupaten Luwu sekarang ini.

Selamat Ulang Tahun kotaku Belopa....Happy sweet seventeen...

Kosmas Toding-Kabid Rehabilitasi dan Rekontruksi BPBD Luwu


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembangunan Moderat

'Emas' Luwu (bag. 1)

Potensi Luwu