Potensi Luwu
Dengan semboyan “wanua mappattuo naewai alena” yang mencerminkan kemandirian dan kemajuan, Kabupaten Luwu terus membangun dan mengembangkan potensi daerah yang dimiliki sejalan dengan tujuan otonomi daerah, tujuan pembangunan nasional dan mendukung kebijakan-kebijakan pemerintahan nasional saat ini.
Secara geografi, Kabupaten Luwu sekitar 45,87% merupakan daerah pegunungan dan 21,98% merupakan wilayah pesisir sehingga memiliki potensi sumber daya alam baik agropolitan maupun minapolitan. Mata pencaharian penduduk sebagian besar yaitu 53,80% didominasi pada sektor pertanian, perkebunan dan perikanan. Produksi beras mencapai 65,17 ribu ton pada tahun 2023. Angka tersebut merupakan konstribusi terbesar ke-6 di Sulawesi Selatan. Jika selama ini produksi Gabah Kering Panen (GKP) yang sebagian besar dimobilisasi ke pabrik-pabrik beras di Sidrap dimana secara umum setiap tahun di Luwu Raya memproduksi 350.000 ton gabah kering, maka untuk meningkatkan nilai tambah secara ekonomi, saat ini telah dibangun Rice Milling Plant (RMP) di Bua sehingga akan meningkatkan harga ditingkat petani juga akan menhgasilkan beras dengan nama produk Beras Luwu.
Potensi perikanan tak kalah besarnya karena wilayah Luwu berada sepanjang pesisir Teluk Bone yang sangat potensial untuk pengembangan industri rumput laut. Jenis rumput laut yang dibudidayakan di Luwu yaitu gracilaria dan katonik yang merupakan jenis terbaik dengan potensi sebesar 162,2 ribu ton per tahun merupakan terbesar ke-2 di Sulawesi Selatan setelah Kabupaten Takalar. Potensi rumput laut tersebut akan mendukung kebijakan nasional saat ini terkait hilirisasi perikanan rumput laut yang akan menghasilkan produk seperti pupuk, pakan, makanan, farmasi, bahkan bisa menjadi untuk biofuel menuju green energy.
Secara nasional, Sulsel yang menjadi lumbung pangan beras terbesar nomor 4 dengan produksi beras 2,9 juta ton per tahun dan setiap tahun terjadi surplus 1,2 juta ton. Dengan kedekatan wilayah saat ini dengan IKN Nusantara, sehingga Sulsel secara umum dan Luwu Raya secara khusus akan menjadi penopang utama pangan secara nasional. Untuk mendukung itu prasarana mobilisasi transportasi laut telah tersedia di Kabupaten Luwu berupa pelabuhan Taddette di Belopa yang terus ditingkatkan kapasitasnya. Keberadaan Bandar Udara Bua yang terus ditingkatkan kapasitas terminal dan landasan pacu (runway) telah meningkatkan minat kunjungan dan investasi di Kabupaten Luwu. Data BPS tahun 2022, secara makro pertumbuhan ekonomi Luwu sebesar 5,69% dengan PDRB per kapita penduduk kabupaten Luwu adalah 54,03 juta rupiah. Tingkat kemiskinan dengan tren menurun menjadi 12,59%. Tingkat inflasi yang terus terjaga pada level 1,8% sehingga tahun lalu mendapat penghargaan dari Kementrian Dalam Negeri dan Kementrian Keuangan berupa intensif fiskal.
Untuk mendukung program nasional kemudahan investasi di daerah, Pemerintah Kabupaten Luwu terus membuat kebijakan dalam mempermudah investor untuk menanamkan modalnya, salah satunya telah memiliki Perda Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) di beberapa kawasan sehingga memberikan kepastian peruntukan zonasi lahan untuk berinvestasi. Dari tahun ke tahun semakin banyak investor yang masuk ke Luwu, di kawasan industri dan pergudangan Karang-Karangan, Bua telah terbangun banyak pergudangan antara lain gudang depo Indomaret (PT. Indomarco), depo gudang Alfamart, depo Pertamina, pabrik plywood PT. SGS dan beberapa gudang besar lainnya. Ini akan menjadikan Luwu sebagai daerah penopang rantai pasok (suply chain) barang dan jasa di Sulawesi khususnya dan nasional secara umum.
Sektor migas tak kalah potensinya, saat ini di kawasan pegunungan Latimojong terdapat tambang emas yang dikelola perusahaan multinasional PT. Masmindo Dwi Area (yang merupakan anak perusahaan PT Indika Energy Tbk (INDY) yang telah memulai tahap konstruksi untuk produksi tahun ini. Area konsesi tambang dengan nama Awak Mas ini seluas 14.390 hektar diperkirakan akan menghasilkan sekitar 100.000 ounce emas per tahun dengan perkiraan cadangan ore sebesar 1,1 juta ounce dan sumber daya sebesar 2 juta ounce dengan masa penambangan selama 30 tahun. Perkiraan total biaya investasi ini mencapai sekitar US$ 200 juta (sekitar 2,9 T).
Untuk mendukung program hilirisasi, di Kec. Bua telah beroperasi Smelter milik PT. Bumi Mineral Sulawesi (BMS) tahap awal ini akan dibangun 2 tungku dari total 14 tungku yang akan dibangun sampai tahun 2030. Pabrik nikel ini akan memproduksi nikel jenis Ferronickel dan Nickel Sulfat Battery Grade dengan kapasitas per tahun mencapai 33.000 ton. Nilai investasi tahap awal ini mencapai 2,9 triliun dan rencana akan mencapai 10 triliun di tahap selanjutnya. Diharapkan invesitasi 2 perusahaan tersebut dapat menyerap 30.000 tenaga kerja sehingga akan mengurangi tingkat pengangguran terbuka.
Potensi kepariwisataan juga menjadi andalan di Kabupaten Luwu baik wisata alam, wisata kuliner dan wisata petualangan. Untuk menggali potensi tersebut dan menarik investasi swasta, telah dimiliki Perda Rencana Induk Pariwisata (Rippda) Kabupaten Luwu. Beberapa destinasi objek wisata unggulan antara lain Kawasan Wisata Buntu Matabing dan wisata Pantai Ponnori, Air Terjun Sarambu Masiang, Air terjun Andulan, dan Air Terjun Sarassa. Untuk wisata sungai terdapat Wisata Sungai Waetiddo, Nebuba dan Pakkalolo. Wisata alam berpetualang dapat mencoba jalur timur pendakian puncak Gunung latimojong. Jika di Toraja ada negeri diatas awan Lolai, di Luwu juga terdapat bumi perkemahan bukit sinaji (Sinaji Land) di Bastem yang berada diketinggian 2.427 meter diatas permukaan laut.
Agrowisata tersebut telah didukung oleh kesiapan sarana dan prasanana salah satunnya kondisi jalan dan jembatan yang telah baik. Ruas jalan Toraja Utara–Sangkaropi-Batusitanduk sepanjang 27,48 km, ruas batas Toraja Utara–Pantilang-Bua sepanjang 38,94 km dan Ruas Bonglo-Pantilang sepanjang 10 km serta ruas jalan kabupaten di sepanjang pengunungan Latimojong saat ini telah diaspal sehingga semakim memudakan aksesibilitas dan mobilisasi menuju kawasan wisata pegunungan tersebut.
Potensi-potensi Kabupaten Luwu yang sangat besar tersebut akan mendukung dalam rencana pengembangan wilayah dan perjuangan pembentukan Provinsi Luwu Raya yang telah lama digaungkan. Kewilayaan Provinsi Luwu Raya saat ini yang terdiri dari Luwu, Lutra, Lutim dan Palopo sehingga masih mengharuskan terlebih dahulu terbentuk Kab. Luwu Tengah untuk memenuhi persyaratan minimal pembentukan provinsi baru. Berdasarkan data BPS, potensi PDRB untuk rencana wilayah provinsi baru ini sebesar 64,577 triliun dengan PDRB perkapita untuk total wilayah itu sebesar 217,9 juta/jiwa. Potensi ekonomi makronya dapat dihitung dengan metode statistik regresi linier sederhana untuk melihat besaran potensi PDRB wilayah baru ini setelah 10 tahun sejak terbentuk diprediksi bisa mencapai 135,59 T dengan prediksi jumlah penduduk saat itu sekitar 1,3 juta jiwa maka PDRB perkapita mencapai 99,9 juta/jiwa (artinya setiap orang memiliki pendapatan rata-rata 99,9 juta rupiah pertahun atau 8,2 juta rupiah per bulan). Tentu ini mengambarkan akan meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran dan persatuan masyarakat Luwu Raya secara umum.
Selamat Hari Jadi Luwu yang ke-756 dan Hari Perlawanan Rakyat Luwu yang ke-78.
KT-irban investigasi inspektorat Luwu
Komentar
Posting Komentar