Hari ke-5 & 6 : mantarima tamu
Prosesi ini dianggap sebagai puncak rambu solo yang dilakukan selama 2 hari dengan menerima ungkapan duka cita dalam bentuk kunjungan keluarga dan kerabat dari mendiang. Dilakukan selama 2 hari untuk mengakomodir jumlah keluarga yang datang dan durasi waktu tiap tematik acara yang bermacam-macam.
Rambu solo jenis sapu randanan barata yang dilaksanakan dalam Aluk Rante ini karena lokasinya bukan dalam kompleks tongkonan melainkan di lapangan terbuka (rante) milik keluarga besar Samban.
Penerimaan tamu diawali dengan proses pendaftaran di pos yang dikelola oleh aparat lembang (desa) karena terdapat retribusi pendapatan diluar pajak yang masuk dalam PAD lembang. Setelah pendaftaran, panitia akan mengatur alur proses antrian masuk ke pelataran acara.
Didalam rante juga bersamaan dilakukan prosesi iring-iringan keluarga dekat mendiang masuk ke lantang utama tamu (karangpuan) dengan susunan yang bisa dibedakan berdasarkan warna pakiaan yang digunakan mulai anak (hitam), cucu (biru) dan cicit (coklat) yang telah memiliki 4 garis keturunan kebawah. Rombongan tamu memulai arakan di pintu masuk yang disambut oleh tarian pemuda dengan pakaian perang, sepasang petua yang memainkan seruling dan lantunan puisi dan seekor kerbau penjemput. Rombongan masuk berbaris dengan laki-laki di sebelah kanan dan perempuan di sebelah kiri. Juga disambut dengan ibu-ibu penumbuk lesung yang secara makna menggambarkan bahwa nenek moyang Toraja sebagai penduduk agraris yang memiliki sawah yang menghasilkan padi sebagai makanan pokok.
Tamu akan diantar mengelilingi pelataran acara menuju lantang utama (karangpuan) bersamaan dilakukan nyanyian ma'badong yang dilakukan sekitar 70 pria dengan formasi melingkar. Di lantang karanpuan ini terdapat patung miniatur mendiang (tau-tau) yang digambarkan seolah mendiang menyambut langsung para tamu. Keluarga dekat akan berbaris menuju tamu untuk menberikan penghormatan kepada tamu yang telah datang dengan membawa sirih (panggang) dan makanan ringan (rokok, permen, dll). Pemukulan gong sebagai penanda waktu durasi prosesi ini yang setelah itu tamu akan disajikan dengan minuman (kopi/teh) dan kue khas Toraja.
Panitia kemudian akan mengumumkan nama keluarga yang datang dengan tujuan keluarga yang akan didatangi juga diumumkan bentuk ucapan bela sungkawa yang dibawa seperti babi, uang atau kerbau. Inilah yang biasa identik dengan utang piutang dalam tatanan adat Toraja yang disebut pituan atau pa'wai mata.
Setelah dari lantang karangpuan tamu akan menuju ke masing-masing lantang milik keluarga yang dituju untuk selanjutnya dijamu makan siang baik dari dapur umum maupun dari dapur privat masing-masing lantang. Dalam rante ini memiliki 90 bilik lantang. Juga terdapat lantang VIP (tamu kehormatan), pemerintah lembang dan jemaat Gereja. Wakil bupati Toraja Utara Frederik Victor Palimbong datang menyampaikan belasungkawa mewakili pemerintah daerah dan sebagai keluarga. Prosesi hingga sore ini juga diselingi dengan pemotongan kerbau dan babi untuk dibagikan kepada keluarga dan warga setempat (pa'tondokan). Jenis-jenis kerbau, sapi, kuda dan rusa diparkir dalam halaman untuk menyambut tamu dan sore harinya diadakan kembali ma'pasilaga tedong sebagi hiburan buat keluarga, tamu dan warga setempat.
Nilai budaya yang ditunjukkan dalam prosesi ma'tarima tamu ini yaitu sikap tolong-menolong, gotong-royong dan kekeluargaan yang menjadi ciri khas masyarakat Toraja dimana nilai-nilai itu terancam tergerus oleh perkembangan jaman modern dan teknologi.
Esok hari direncanakan akan dilakukan pemotongan kerbau dan hewan pendukung dalam acara mantunu atau mantigoro tedong. Semoga berjalan lancar.
Jago mmng sodaraku ...
BalasHapus