Hari ke-3 : ma'pasonglo
Setelah 2 hari istrahat, hari ini (12-12-2022) prosesi rambu solo dilanjutkan dengan acara ma'pasonglo yang diawali dengan ibadah siang kemudian setelah arah sinar matahari turun (solo) peti jenasah yang telah 3 malam disemayamkan di alang kompleks tongkonan Buntu Lombok kemudian diarak menuju lokasi acara (rante) yang berjarak 3 km.
Arak-arakan pawai ini didahului para ibu-ibu penumbuk lesung kemudian peti jenasah ditempatkan diatas keranda peti (saringan) yang menjadi badan rumah miniatur tongkonan (biasanya skala 1:250) dengan ukuran-ukiran khas Toraja. Kain merah atau lamba-lamba yang menjadi ciri khas prosesi ini dibentangkan puluhan meter yang dibawah diatas kepala para wanita (anak, cucu dan keluarga dekat) Nek Kombongdatu. Kain berwarna merah ini melambangkan kebesaran dan penghormatan tertinggi dari keluarga kepada mendiang. Dalam kepercayaan Toraja, warna merah menjadi warna paling tinggi nilainya.
Arak-arakan ini kemudian memasuki lokasi acara utama (rante) dimana telah selesai dibangun berupa lantang-lantang 2 atau 3 lantai dengan jumlah sekitar 80 lantang. Lantang ini merupakan bangunan semi permanen yang dibangun khusus untuk acara ranbu solo ini yang hanya digunakan sekitar 2 minggu saja. Walaupun hanya digunakan beberapa saat namun lantang ini berisi ruang tamu 2 lantai, dapur, gudang dan kamar mandi/WC masing-masing. Lantang ini dibagi dan ditinggali untuk para anak, cucu, dan saudara mendiang. Juga terdapat lantang khusus untuk pemerintah dan pengurus Gereja. Ditengah kompleks rante inilah berdiri bangunan utama yang disebut Lakkian tempat peti jenasah akan ditempatkan selama acara berlangsung sampai dikubur. Didepan lakkian masing-masing akan memasang umbul-umbul (tombi-tombi) berupa tiang bambu kecil dengan ujungnya diberi kain khas tombi. Jumlah tombi yang dipasang melambangkan jumlah kerbau yang akan dikorbankan masing-masing pemilik lantang tersebut.
Lakkian ini dibangun harus lebih tinggi dari semua bangunan (lantang) yang ada yang dibangun permanen dengan tujuan agar bangunan ini akan menjadi monumen keluarga sebagai tanda pernah dilakukan acara rambu solo. Setelah peti jenasah telah berada diatas Lakkian maka secara resmi prosesi utama rambu solo dimulai dimana para keluarga mulai berdatangan dari berbagai asal untuk mengisi lantang-lantang sesuai hak mereka. Kegiatan ini mirip jambore perkemahan keluarga. Prosesi ma'pasonglo ini diakhiri dengan acara ma'pasilaga tedong kemudian dilakukan permotongan kerbau untuk digunakan acara esok harinya.
Keesokan harinya akan dimulai prosesi ma'pamula dimana para keluarga yang telah mendiami lantang akan saling berinteraksi menerima kunjungan duka dari keluarga, kerabat dan handai taulan mereka.
Komentar
Posting Komentar