Hari-1 : Ma'pasa Tedong


Rangkaian panjang prosesi Rambu Solo Alm. Nek Kombongdatu dan Yuli Samban yang berlokasi di Lembang Buntu Batu Kec. Tikala, Kab. Toraja Utara diawali dengan prosesi ma'pasilaga tedong yang sejak turun temurun telah dilakukan oleh leluhur suku Toraja bahkan saat masih menganut kepercayaan aluk todolo yang kemudian diperbaruhi berdasarkan ajaran agama sejak Hindia Belanda masuk ke Toraja.

Ma'pasilaga tedong ini mengandung makna dalam tatanan adat sebagai suatu selingan atau hiburan bagi keluarga yang sedang berduka pun hiburan bagi masyarakat setempat (pa'tondokan) yang telah melakukan gorong-royong membangun pondok atau lantang yang akan dijadikan tempat acara.

Ma'pasilaga tedong diawali dengan prosesi Ma'pasa tedong. Pasa' yang artinya pasar sebagi tempat pertemuan namum dalam prosesi rambu solo ini maknanya untuk mempertemukan semua rumpun keluarga dengan membawa kerbau yang akan dikorbankan dalam acara rambu solo selanjutnya. Ma'pasa tedong dahulu dilakukan di sawah tempat akan dilakukan adu kerbau namum saat ini dilakukan di lapangan terbuka yang berdekatan dengan lokasi acara.

Bentuk prosesinya berupa puluhan kerbau yang akan diadu dibariskan di lapangan tempat upacara akan dilaksanakan. Kerbau-kerbau yang akan diadu tersebut kemudian diarak dengan didahului oleh tim pengusung gong, pembawa umbul-umbul, dan sejumlah wanita dari keluarga yang berduka ke lapangan yang berlokasi di rante (pemakaman). Pada saat barisan kerbau meninggalkan lokasi, musik pengiring akan dimainkan. Irama musik tradisional tersebut berasal dari sejumlah wanita yang menumbuk padi pada lesung secara bergantian.

Dalam rambu solo Alm. Nek Kombongdatu dengan Alm. Yuli Samban (kepala lembang Tallung Penanian) yang merupakan cucu tertua beliau sendiri ini selain kerbau dari berbagai jenis seperti saleko, bonga, bonga tua, lotong boko, todi, pudu, bokko, dan sambau juga terdapat hewan pelengkap lain seperti kuda putih, sapi dan rusa (jonga). Hewan pelengkap ini dahulu telah dilakukan leluhur sebagai persyaratan tingkatan atau jenis rambu solo yaitu sapu randanan barata. (juga ada rapasan boko, rapasan bone-bone, dll). Kerbau-kerbau juga dalam prosesi ini akan diberikan nama atau julukan masing-masing.

Prosesi hari pertama ini diakhiri dengan adu kerbau (ma'pasilaga) di area sawah berundak-undak dengan kubangan lumpur. Kehebatan, kejantanan dan harga kerbau ini kembali teruji dalam aduan ini. Kerbau yang menang akan menaikan nilai prestisi, nilai juga bahkan menjadi kebanggaan bagi keluarga yang memilikinya.

Hari ke-2 esok hari direncanakan akan dilakukan prosesi ma'palao alang, yaitu menurunkan peti jenasah dari rumah ke alang di lokasi tongkonan.

Semoga berjalan lancar...nantikan thread (utas) selanjutnya.

Disclaimer:

Tulisan berantai saya ini berdasarkan pemahaman pribadi dan ajaran dari orang tua serta kerabat sebagai orang Toraja.

Kosmas Toding-cucu Alm. Nek Kombongdatu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembangunan Moderat

'Emas' Luwu (bag. 1)

Potensi Luwu